Ranca Darah adalah nama suatu tempat yang terletak antara
Purwakarta dan Wanayasa. Ranca kalau di terjemahkan ke dalam bahasa
indonesai artinya adalah rawa. Ranca Darah berarti Rawa Darah. Legenda
Ranca Darah menceritakan mengapa daerah tersebut dinamakan Ranca Darah.
Dahulu ketika jaman penjajah belanda Wanayasa adalah sebuah kota Kerisidenan belanda. Belanda dalam hal ini VOC sekitar tahun 1710 menjadikan Wanayasa daerah pusat perkebunan teh. Luas perkebunan teh milik VOC ini hampir meliputi seluruh wilayah Wanayasa. Diipimpin oleh pengurus kebun teh belanda yaitu Sheper Leau. Teh wwanayasa ini terkenal dengan nama teh jawa.
Pekerja perkebunan teh kebanyakan adalah orang Tionghoa yang berasal dari Makao. Pekerja asal Tionghoa ini bermukim dibawah kaki gunung Burangrang yang sekarang dikenal dengan nama Pasir Cina. Yang namanya penjajah yang dipikirkan hanya keuntungan saja. Sehingga pekerja-pekerja kebun teh dari Tioghoa tadi tidak pendapatkan upah atau bahkan tidak dibayar.Banyak potongan-potongan yang diterima.
Akhirnya setelah sekian lama mengalami penderitaan dari VOC para pekerja kebun teh mulai mengadakan perlawanan. Pengurus kebun teh Sheper Leau dibunuh. Terjadi kerusuhan besar-besaran di Wanayasa. Selain di Wanayasa terjadi kerusuhan juga di Purwakarta.
Akhirnya para pekerja asal Tionghoa itu beramai-ramai menuju Prurwakarta dengan tujuan mengalahkan Belanda. Ditenga perjalanan rombonga-rombongan pekerja kebun teh itu bertemu dengan pasukan VOC dari Purwakarta yang bermaksud meredam kerusuhan di Wanayasa.
Terjadilah pertempuran hebat antara pekerja kebun teh yang berasal dari Tionhoa tadi dengan pasukan belanda. Akibat pertempuran jarak dekat tersebut banyak korban yang berjatuhan. Darah berceceran dimana-mana. Hingga menyerupai seperti rawa-rawa.
Semenjak itu daerah ini disebut Rancadarah alias Rawadarah
Dahulu ketika jaman penjajah belanda Wanayasa adalah sebuah kota Kerisidenan belanda. Belanda dalam hal ini VOC sekitar tahun 1710 menjadikan Wanayasa daerah pusat perkebunan teh. Luas perkebunan teh milik VOC ini hampir meliputi seluruh wilayah Wanayasa. Diipimpin oleh pengurus kebun teh belanda yaitu Sheper Leau. Teh wwanayasa ini terkenal dengan nama teh jawa.
Pekerja perkebunan teh kebanyakan adalah orang Tionghoa yang berasal dari Makao. Pekerja asal Tionghoa ini bermukim dibawah kaki gunung Burangrang yang sekarang dikenal dengan nama Pasir Cina. Yang namanya penjajah yang dipikirkan hanya keuntungan saja. Sehingga pekerja-pekerja kebun teh dari Tioghoa tadi tidak pendapatkan upah atau bahkan tidak dibayar.Banyak potongan-potongan yang diterima.
Akhirnya setelah sekian lama mengalami penderitaan dari VOC para pekerja kebun teh mulai mengadakan perlawanan. Pengurus kebun teh Sheper Leau dibunuh. Terjadi kerusuhan besar-besaran di Wanayasa. Selain di Wanayasa terjadi kerusuhan juga di Purwakarta.
Akhirnya para pekerja asal Tionghoa itu beramai-ramai menuju Prurwakarta dengan tujuan mengalahkan Belanda. Ditenga perjalanan rombonga-rombongan pekerja kebun teh itu bertemu dengan pasukan VOC dari Purwakarta yang bermaksud meredam kerusuhan di Wanayasa.
Terjadilah pertempuran hebat antara pekerja kebun teh yang berasal dari Tionhoa tadi dengan pasukan belanda. Akibat pertempuran jarak dekat tersebut banyak korban yang berjatuhan. Darah berceceran dimana-mana. Hingga menyerupai seperti rawa-rawa.
Semenjak itu daerah ini disebut Rancadarah alias Rawadarah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar